Rabu, 25 April 2012

Mengenang perjuangan rakyat Sambilegi, Maguwoharjo

Sambilegi-JCM, (25/4). Banyak diantara kita para pemuda penerus bangsa yang masih belum sadar arti sebuah PERJUANGAN, perjuangan membela kepentingan bangsa, membela hak-hak rakyat kecil, demi terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan rakyat. Dahulu perjuangan dilandasi keiklasan, mempertaruhkan nyawa, harta benda. Penjajah kolonialisme menguasai negeri ini, mengambil kekayaan negeri dan merampas hak-hak penduduk negri ini, sekarang negeri ini "dijajah" sosok kolonialisme modern, telah merasuk dalam darah berlabel haus akan kekuasaan. Sudah layakkah para petinggi negeri, pejabat, menteri menuntut gaji yang tinggi, tetapi masih bermuka topeng dihadapan Rakyat. “JAS MERAH”, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah, demikian diucapkan Bung Karno dalam pidatonya yang terakhir pada HUT RI tanggal 17 Agustus 1966. JAS MERAH yang dikumandangkan Bung Karno agaknya harus dicamkan benar oleh bangsa kita dewasa ini.

Monumen Sambilegi

Deskripsi : berbentuk tugu setinggi kurang lebih 1,5 meter, diatas batur seluas 16 meter. Dasar tugu merupakan alas berlapis tiga. Relief yang tertera pada tugu merupakan lambang laskar rakyat, yaitu obor yang menyala, bambu runcing dan senapan bersilang, padi dan kapas, serta dibingkai rantai yang tidak putus.
Sejarah : dalam upaya menghambat pergerakan pasukan Belanda dari pangkalan Adi Sucipto, laskar rakyat mengadakan perlawanan di dusun Sambilegi, Maguwoharjo. Dalam peristiwa ini telah gugur 10 orang pejuang. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1948
Monumen ini dibangun oleh Pemda Sleman untuk memperingati pertempuran yang terjadi di dusun Sambilegi tersebut. (tridadi)
Daftar yang gugur :
1. Bkri Laskar
2. Parto Surijo
3. Arjo Sentono
4. Harjo Sentono
5. Karso Pawiro
6. Kasan Pawiro
7. Sadinomo
8. Kariyo Loso
9. Basiro
10. Sastrohariono
 Abdulrahman Saleh


Abdulrahman Saleh, Prof. dr. Sp.F, Marsekal Muda Anumerta, (lahir di Jakarta, 1 Juli 1909 – meninggal di Maguwoharjo, Sleman, 29 Juli 1947 pada umur 38 tahun) atau sering dikenal dengan nama julukan "Karbol" adalah seorang pahlawan nasional Indonesia, tokoh Radio Republik Indonesia (RRI) dan bapak fisiologi kedokteran Indonesia.
julukan "Karbol"
Mengharapkan semua lulusan Akademi Angkatan Udara dapat mencontoh keteladanan dan mampu mencapai kualitas seorang perwira seperti Abdulrachman Saleh, para taruna AAU dipanggil dengan nama Karbol.

Kegiatan kedokteran dan militer
Setelah ia memperoleh ijazah dokter, ia mendalami pengetahuan ilmu faal. Setelah itu ia mengembangkan ilmu faal ini di Indonesia. Oleh karena itu, Universitas Indonesia pada 5 Desember 1958 menetapkan Abdulrachman Saleh sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia.
Ia juga aktif dalam perkumpulan olah raga terbang dan berhasil memperoleh ijazah atau surat izin terbang. Selain itu, ia juga memimpin perkumpulan VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep), sebuah perkumpulan dalam bidang radio. Maka sesudah kemerdekaan diproklamasikan, ia menyiapkan sebuah pemancar yang dinamakan Siaran Radio Indonesia Merdeka. Melalui pemancar tersebut, berita-berita mengenai Indonesia terutama tentang proklamasi Indonesia dapat disiarkan hingga ke luar negeri. Ia juga berperan dalam mendirikan Radio Republik Indonesia yang berdiri pada 11 September 1945.
Setelah menyelesaikan tugasnya itu, ia berpindah ke bidang militer dan memasuki dinas Angkatan Udara Ia diangkat menjadi Komandan Pangkalan Udara Madiun pada 1946. Ia turut mendirikan Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang. Sebagai Angakatan Udara, ia tidak melupakan profesinya sebagai dokter, ia tetap memberikan kuliah pada Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.

Akhir hidup
Pada saat Belanda mengadakan agresi pertamanya, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan ke India. Dalam perjalanan pulang mereka mampir di Singapura untuk mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya. Keberangkatan dengan pesawat Dakota ini, mendapat publikasi luas dari media massa dalam dan luar negeri.
Tanggal 29 Juli 1947, ketika pesawat berencana kembali ke Yogyakarta melalui Singapura, harian Malayan Times memberitakan bahwa penerbangan Dakota VT-CLA sudah mengantongi ijin pemerintah Inggris dan Belanda. Sore harinya, Suryadarma, rekannya baru saja tiba dengan mobil jip-nya di Maguwo. Namun, pesawat yang ditumpanginya ditembak oleh dua pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda dari arah utara. Pesawat kehilangan keseimbangan dan menyambar sebatang pohon hingga badannya patah menjadi dua bagian dan akhirnya terbakar.
Peristiwa heroik ini, diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU sejak tahun 1962 dan sejak 17 Agustus 1952, Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto.
Abulrachman Saleh dimakamkan di Yogyakarta dan ia diangkat menjadi seorang Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No.071/TK/Tahun 1974, tanggal 9 Nopember 1974.
Pada tanggal 14 Juli 2000, atas prakarsa TNI-AU, makam Abdulrahman Saleh, Adisucipto, dan para istri mereka dipindahkan dari pemakaman Kuncen ke Kompleks Monumen Perjuangan TNI AU Dusun Ngoto, Desa Tamanan, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta.
Nama Ia diabadikan sebagai nama Pangkalan TNI-AU dan Bandar Udara di Malang. Selain itu, piala bergilir yang diperebutkan dalam Kompetisi Kedokteran dan Biologi Umum (Medical and General Biology Competition) disebut Piala Bergilir Abdulrahman Saleh. (wiki)

0 komentar:

Posting Komentar